Fenomena Copras Capres akan terus berlaku hingga 22 Juli nanti ketika KPU sudah memutuskan siapa yang berhak dan mendapat mandat dari seluruh rakyat Indonesia untuk mengampu sebuah jabatan.
Presiden.
Masing-masing pendukung masih terus bersikeras berkeyakinan memenangkan 'pertarungan' lewat rayuan kata-kata yang bertajuk visi dan misi untuk menarik hati rakyat. Masih sengit perdebatan antar kedua pendukung kubu yang mana mereka merasa yang mereka bela adalah yang paling benar.
Siapa yang tak lelah membaca tiap sudut dan halaman berita di koran maupun di media online yang terus menerus berisikan sebuah kabar yang sudah tak bisa dibedakan lagi mana berita mana opini pribadi. Siapa yang tak letih setiap hari selalu disuguhi aneka macam umpatan, cacian, sumpah serapah dari masing-masing pendukung agar membuat capresnya selalu terlihat suci dan tak boleh dihina.
Sungguh saya pun ingin mengumpat.
Mengumpat pada mereka yang tak tahu menahu apapun namun berusaha sok paling mengetahui dengan menyebarkan berita-berita yang tak berperikemanusiaan. Merasa paling mengerti apa yang sedang terjadi padahal sejatinya hanya mendengar selentingan cerita dari mulut ke mulut.
Katakan saja saya sok bijak.
Sok netral
Dan sok apalah terserah...
Tapi saya benar-benar lelah dengan semua kicauan orang-orang di media sosial yang berseliweran. Tidak guru, tidak pelajar, tidak mahasiswa, tidak oknum TNI semua turut andil dalam aksi caci mencaci calon presiden yang bukan pilihannya.
Saya tak mau ikut-ikutan seperti mereka yang seolah memperkeruh suasana dengan hasil quick count yang berbeda dengan quick count yang lain. Entah siapa yang tengah berdusta.
Tapi sikap tak mau mengalah dan legowo lah yang membuat suasana makin carut marut. Antar kubu saling 'berdendang' menyatakan kecurangan di pihak anu, manipulasi di pihak anu.. si anu begini si anu begitu.. dan anu anu lainnya...
Sudahlah Bapak..... Yang Terhormat Mantan Calon Presiden yang nantinya gagal menjadi Presiden.. berbesar hatilah dan menerima dengan lapang dada untuk siap kalah. Saya tahu betapa besar biaya dan dana Bapak berkampanye untuk menggerakkan hati kami untuk mencoblos kertas dengan paku di foto yang tertera gambar Bapak.
Tunggu dulu...
Apakah dalam tulisan saya terselip salah satu nama capres ? Untuk menghindari tulisan saya yang berujung kedalam keberpihakan.
Tidak ada?
Baiklah saya lanjutkan.
Saya adalah salah satu warga negara yang ingin menyuarakan hati saya yang benar-benar sudah 'geregetan'
dengan semuanya yang berbau copras capres. Saya sudah dua kali berpartisipasi dalam pemilihan presiden.
Banyak hal tentang politik yang membuka luas pikiran saya. Dalam politik semuanya bisa terjadi.
Kawan jadi Lawan, Lawan jadi Kawan?? Ah terlalu mainstream.
Saling lapor karena merasa dicurangi? Wis Biyasaaa
Kerjasama supaya dapat jatah? Wis mudeng karepmu
Segala hal tentang politik dan taktik saya pelajari dan saya patri dalam otak saya. Tak ada yang abadi disana selama kepentingan pribadi/golongan masih berkuasa diatas kepentingan rakyat Memang tak mudah untuk membawahi rakyat sekian ratus juta jiwa dari ujung barat ke timur. Namun tak mudah lagi adalah untuk menjadi panutan yang baik dan bisa memimpin dengan jiwa leadership yang tinggi.
Tegas namun bukan beringas
Cerdas namun tak culas
Mencintai rakyat namun tak pura-pura merapat
Saya pun yakin dari sekian ratus juta jiwa masyarakat Indonesia butuh suatu perubahan dari pemimpin yang baru, pemimpin yang mampu mengampu dan mengajak rakyatnya untuk sama-sama saling menjaga integritas bangsa. Pemimpin yang tak cuma minta di elu-elukan rakyatnya ketika melewati jalan raya dan melambaikan tangan dari dalam mobil yang dikawal ratusan ajudan dan aparat.
Pemimpin yang tak hanya tampil terlambat dari jam yang sudah disepakati kemudian berpidato beberapa patah kata lalu menghilang begitu saja hanya dalam hitungan menit.
Ah sudahlah.. saya akhiri kata-kata saya yang benar-benar kelihatan sangat sok tahu.
Kita tunggu hasil keputusan dari KPU siapa yang akan menjadi presiden menggantikan Bapak Presiden Yudhoyono.. Let's wait and see & let's stop saling menggunjing.
Berbicaralah yang baik atau diam !
Solo, 14 Juli 2014
with love
widipriska / Parasarimbi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan komeng